Total Tayangan Halaman

Sabtu, 30 April 2011

Akor FC Jombang Klub Terakhir Yang Mendaftar

news_18740.jpg


Klub Akor FC Jombang menjadi anggota PSSI terakhir yang memasukkan berkas pencalonan Ketua Umum, Wakil Ketua Umum dan Anggota Komite Eksekutif PSSI. Eko Yuda, perwakilan klub Divisi III tersebut tiba di kantor PSSI beberapa menit jelang penutupan, Sabtu (23/4) pukul 24:00 WIB. Selain Akor Jombang, Eko juga membawa berkas pencalonan untuk klub Perssi Sukabumi.

Kedua klub tersebut sama – sama mencalonkan Bernard Limbong sebagai Ketua Umum PSSI. Namun, untuk dua posisi lainnya berbeda. Akor FC Jombang mencalonkan Farid Rahman sebagai wakil Ketua Umum dan Tri Goestoro sebagai anggota Komite Eksekutif. Sedangkan klub Perssi Sukabumi justru mencalonkan Tri Goestoro sebagai Wakil Ketua Umum dan Farid Rahman sebagai anggota Komite Eksekutif.

Dari hasil rekapitulasi panitia pendaftaran, total nama bakal calon ketua umum PSSI yang masuk hingga penutupan jam 24:00 WIB tadi adalah sebanyak 34 orang. Meski begitu, sejumlah nama tersebut termasuk juga calon yang diusung oleh pihak independen maupun klub yang belum jadi angggota PSSI. Jumlah calon Wakil Ketua Umum PSSI sebanyak 29 orang, dan 76 orang untuk calon anggota Komite Eksekutif.

Masuknya beberapa nama bakal calon dari pihak independen maupun klub yang belum menjadi anggota PSSI tersebut masih dimaklumkan karena pada periode 12 – 23 April 2011, panitia pendaftaran hanya menerima semua berkas yang masuk. Belum ada proses verifikasi data siapa yang berhak untuk mencalonkan dan dicalonkan. Proses verifikasi tersebut akan segera dilakukan mulai tanggal 25 April 2011 oleh Komite Normalisasi yang sekaligus bertindak sebagai Komite Pemilihan.

"Pada hari Minggu (24/4) ini kami off dulu. Baru pada hari Senin (25/4) kami akan menggelar rapat pertama. Sore harinya akan digelar press conference," kata Joko Driyono, anggota Komite Normalisasi.

Proses verifikasi bakal calon yang masuk akan berlangsung hingga tanggal 29 April 2011. Pada tanggal 30 April – 6 Mei 2011 adalah masa pengajuan banding. Berkas pengajuan tersebut akan dibahas oleh Komite Banding pada tanggal 7 – 13 Mei 2011. 

Rabu, 20 April 2011

bintang masa depan INDONESIA


  
Nama                        : Yongki Aribowo
Tempat Tanggal Lahir: Tulungagug 23 November 1989
Alamat                       : jl Botoran Timur Gg II/31E Tulungagung 66213
Nama Orang Tua       : H. Goenarto dan Hj Nur Fadilah
Saudara                     : Zaki, Nike, Yongki, Sauqi, Rolan
Pendidikan Sekarang  :UNP, Semester 6 Jurusan Olahraga
Hobi                           :otomotif, belajar
Karier                         :
a. SSB SINAR JAYA
b. PERSETA JUNIOR
c. PERSIK JUNIOR
d. PERSIK SENIOR
e. AREMA INDONESIA
Harapan AREMA INDONESIA untuk lolok kebabak selanjutnya dalam kompetisi AFC CHAMPIONS LEAGUE, setelah kemarin AREMA kalah telak atas SHANDONG LUNENG 5 - 0 tanpa balas. Gol SHANDONG LUNENG dicetak oleh :
  • Deng Zhuoxiang 25'
  • De Brito 44'
  • Peng Han 71'
  • Mozhapa Murehemaitijiang 81'
  • Yongpo Wang 90'

Selasa, 19 April 2011


Ketua Komite Normalisasi (KN) PSSI Agum Gumelar Selasa (19/4) siang waktu Swiss, sudah bertemu dengan Presiden FIFA Joseph Sepp Blatter di markas FIFA di Zurich. Usai pertemuan yang sempat tertunda 2,5 jam tersebut, Agum Gumelar menyatakan bahwa Komite Normalisasi harus tetap berpatokan pada surat FIFA per tanggal 4 April lalu.

"Dari hasil pertemuan dengan FIFA hari ini, FIFA memerintahkan agar kami (KN) tetap berpegang pada surat FIFA per tanggal 4 April silam," kata Agum Gumelar.

"Besok, rencananya FIFA juga akan membahas hasil Kongres PSSI 14 April lalu di Hotel Sultan. Keputusannya akan diumumkan Kamis (21/4) melalui surat resmi ke PSSI," imbuh Agum.

Sebelumnya, Agum Gumelar pada Senin (18/4) siang sudah bertemu dengan Direktur Asosiasi dan Pengembangan FIFA Thierry Regenass. Pada kesempatan itu Thierry Regenass sudah mengemukakan kepada Agum bahwa keputusan FIFA yang tertuang dalam surat tanggal 4 April 2011 sudah tak bisa berubah lagi.

Sementara itu di Jakarta, anggota Komite Etik dan Fair Play FIFA Suryadharma "Dali" Tahir mengungkapkan bahwa finalisasi keputusan FIFA tersebut sudah bisa diketahui sejak beberapa hari lalu, khususnya setelah "Kongres" 14 April yang mengesahkan pembetukan Komite Pemilihan dan Komite Banding Pemilihan.

"Thierry Regenass menyatakan bahwa dia banyak dihubungi teman-teman media dari Indonesia yang mempertanyakan masalah itu, dan dia menjawab bahwa FIFA tidak memperkenankan pembentukan KP dan KBP tersebut," jelas Dali Tahir.

Pembentukan Komite Normalisasi yang diketuai oleh Agum Gumelar ditetapkan melalui surat FIFA yang dikeluarkan 4 April dari Zurich, Swiss. Komite Normalisasi dibentuk oleh Komite Darurat atau Emergency Committee FIFA yang merupakan representasi dari negara-negara anggota FIFA. Emergency Committee hanya bersidang sewaktu-waktu, untuk membahas kasus-kasus penting yang terjadi di negara anggota FIFA.

Salah satu tugas KN, menurut surat Komite Darurat FIFA, adalah melaksanakan Kongres PSSI sebelum 21 Mei. Menyambut Kongres itu, KN sekaligus bertindak sebagai Komite Pemilihan atau electoral commission, yang nantinya harus membuat Kode Pemilihan (electoral code) berdasarkan FIFA Electoral Code dan Statuta PSSI.

"Keputusan komite darurat tidak bisa dianulir begitu saja, bahkan oleh presiden FIFA sekali pun," terang Dali Tahir. (adi)


SEJARAH PSSI

  •  Sekilas Tentang PSSI
PSSI (Persatuan Sepakbola seluruh Indonesia ) yang dibentuk 19 April 1930 di Yogyakarta. Sebagai organisasi olahraga yang dilahirkan di Zaman penjajahan Belanda, Kelahiran PSSI betapapun terkait dengan kegiatan politik menentang penjajahan. Jika meneliti dan menganalisa saat- saat sebelum, selama dan sesudah kelahirannya, sampai 5 tahun pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, jelas sekali bahwa PSSI lahir, karena dibidani politisi bangsa yang baik secara langsung maupun tidak, menentang penjajahan dengan strategi menyemai benih - benih nasionalisme di dada pemuda-pemuda Indonesia.
•  Awal Mula Berdirinya PSSI
PSSI didirikan oleh seorang insinyur sipil bernama Soeratin Sosrosoegondo. Beliau menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman pada tahun 1927 dan kembali ke tanah air pada tahun 1928. Ketika kembali ke tanah air Soeratin bekerja pada sebuah perusahaan bangunan Belanda "Sizten en Lausada" yang berpusat di Yogyakarta. Disana ia merupakan satu - satunya orang Indonesia yang duduk dalam jajaran petinggi perusahaan konstruksi yang besar itu. Akan tetapi, didorong oleh jiwa nasionalis yang tinggi Soeratin mundur dari perusahaan tersebut.
Setelah berhenti dari "Sizten en Lausada" ia lebih banyak aktif di bidang pergerakan, dan sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepakbola, Soeratin menyadari sepenuhnya untuk mengimplementasikan apa yang sudah diputuskan dalam pertemuan para pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda) Soeratin melihat sepakbola sebagai wahana terbaik untuk menyemai nasionalisme di kalangan pemuda, sebagai tindakan menentang Belanda.
Untuk melaksanakan cita - citanya itu, Soeratin mengadakan pertemuan demi pertemuan dengan tokoh - tokoh sepakbola di Solo, Yogyakarta dan Bandung . Pertemuan dilakukan dengan kontak pribadi menghindari sergapan Polisi Belanda (PID). Kemudian ketika diadakannya pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta dengan Soeri - ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta) bersama dengan pengurus lainnya, dimatangkanlah gagasan perlunya dibentuk sebuah organisasi persepakbolaan kebangsaan, yang selanjutnya di lakukan juga pematangan gagasan tersebut di kota Bandung, Yogya dan Solo yang dilakukan dengan tokoh pergerakan nasional seperti Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A Hamid, Soekarno (bukan Bung Karno), dan lain - lain. Sementara dengan kota lainnya dilakukan kontak pribadi atau kurir seperti dengan Soediro di Magelang (Ketua Asosiasi Muda).
Kemudian pada tanggal 19 April 1930, berkumpullah wakil - wakil dari VIJ (Sjamsoedin - mahasiswa RHS); wakil Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB) Gatot; Persatuan Sepakbola Mataram (PSM) Yogyakarta, Daslam Hadiwasito, A.Hamid, M. Amir Notopratomo; Vortenlandsche Voetbal Bond (VVB) Solo Soekarno; Madioensche Voetbal Bond (MVB), Kartodarmoedjo; Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM) E.A Mangindaan (saat itu masih menjadi siswa HKS/Sekolah Guru, juga Kapten Kes.IVBM) Soerabajashe Indonesische Voetbal Bond (SIVB) diwakili Pamoedji. Dari pertemuan tersebut maka, lahirlah PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia) nama PSSI ini diubah dalam kongres PSSI di Solo 1950 menjadi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia yang juga menetapkan Ir. Soeratin sebagai Ketua Umum PSSI.
Begitu PSSI terbentuk, Soeratin dkk segera menyusun program yang pada dasarnya "menentang" berbagai kebijakan yang diambil pemerintah Belanda melalui NIVB. PSSI melahirkan "stridij program" yakni program perjuangan seperti yang dilakukan oleh partai dan organisasi massa yang telah ada. Kepada setiap bonden/perserikatan diwajibkan melakukan kompetisi internal untuk strata I dan II, selanjutnya di tingkatkan ke kejuaraan antar perserikatan yang disebut "Steden Tournooi" dimulai pada tahun 1931 di Surakarta .
Kegiatan sepakbola kebangsaan yang digerakkan PSSI , kemudian menggugah Susuhunan Paku Buwono X, setelah kenyataan semakin banyaknya rakyat pesepakbola di jalan - jalan atau tempat - tempat dan di alun - alun, di mana Kompetisi I perserikatan diadakan. Paku Buwono X kemudian mendirikan stadion Sriwedari lengkap dengan lampu, sebagai apresiasi terhadap kebangkitan "Sepakbola Kebangsaan" yang digerakkan PSSI. Stadion itu diresmikan Oktober 1933. Dengan adanya stadion Sriwedari ini kegiatan persepakbolaan semakin gencar.
Lebih jauh Soeratin mendorong pula pembentukan badan olahraga nasional, agar kekuatan olahraga pribumi semakin kokoh melawan dominasi Belanda. Tahun 1938 berdirilah ISI (Ikatan Sport Indonesia), yang kemudian menyelenggarakan Pekan Olahraga (15-22 Oktober 1938) di Solo.
Karena kekuatan dan kesatuan PSSI yang kian lama kian bertambah akhirnya NIVB pada tahun 1936 berubah menjadi NIVU (Nederlandsh Indische Voetbal Unie) dan mulailah dirintis kerjasama dengan PSSI. Sebagai tahap awal NIVU mendatangkan tim dari Austria "Winner Sport Club " pada tahun 1936.
Pada tahun 1938 atas nama Dutch East Indies, NIVU mengirimkan timnya ke Piala Dunia 1938, namun para pemainnya bukanlah berasal dari PSSI melainkan dari NIVU walaupun terdapat 9 orang pemain pribumi / Tionghoa. Hal tersebut sebagai aksi protes Soeratin, karena beliau menginginkan adanya pertandingan antara tim NIVU dan PSSI terlebih dahulu sesuai dengan perjanjian kerjasama antara mereka, yakni perjanjian kerjasama yang disebut "Gentelemen's Agreement" yang ditandatangani oleh Soeratin (PSSI) dan Masterbroek (NIVU) pada 5 Januari 1937 di Jogyakarta. Selain itu, Soeratin juga tidak menghendaki bendera yang dipakai adalah bendera NIVU (Belanda). Dalam kongres PSSI 1938 di Solo, Soeratin membatalkan secara sepihak Perjanjian dengan NIVU tersebut.
Soeratin mengakhiri tugasnya di PSSI sejak tahun 1942, setelah sempat menjadi ketua kehormatan antara tahun 1940 - 1941, dan terpilih kembali di tahun 1942.
M asuknya balatentara Jepang ke Indonesia menyebabkan PSSI pasif dalam berkompetisi, karena Jepang memasukkan PSSI sebagai bagian dari Tai Iku Kai, yakni badan keolahragaan bikinan Jepang, kemudian masuk pula menjadi bagian dari Gelora (1944) dan baru lepas otonom kembali dalam kongres PORI III di Yogyakarta (1949).
•  Perkembangan PSSI
Pasca Soeratin ajang sepakbola nasional ini terus berkembang walaupun perkembangan dunia persepakbolaan Indonesia ini mengalami pasang surut dalam kualitas pemain, kompetisi dan organisasinya. Akan tetapi olahraga yang dapat diterima di semua lapisan masyarakat ini tetap bertahan apapun kondisinya. PSSI sebagai induk dari sepakbola nasional ini memang telah berupaya membina timnas dengan baik, menghabiskan dana milyaran rupiah, walaupun hasil yang diperoleh masih kurang menggembirakan.
Hal ini disebabkan pada cara pandang yang keliru. Untuk mengangkat prestasi Timnas, tidak cukup hanya membina Timnas itu sendiri, melainkan juga dua sektor penting lainnya yaitu kompetisi dan organisasi, sementara tanpa disadari kompetisi nasional kita telah tertinggal.
Padahal di era sebelum tahun 70-an, banyak pemain Indonesia yang bisa bersaing di tingkat internasional sebut saja era Ramang dan Tan Liong Houw, kemudian era Sucipto Suntoro dan belakangan era Ronny Pattinasarani.
Dalam perkembangannya PSSI sekarang ini telah memperluas jenis kompetisi dan pertandingan yang dinaunginya. Kompetisi yang diselenggarakan oleh PSSI di dalam negeri ini terdiri dari :
•  Divisi utama yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir.
•  Divisi satu yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir.
•  Divisi dua yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir.
•  Divisi tiga yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus amatir.
•  Kelompok umur yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain:
•  Dibawah usia 15 tahun (U-15)
•  Dibawah usia 17 tahun (U-170
•  Dibawah Usia 19 tahun (U-19)
•  Dibawah usia 23 tahun (U-23)
•  Sepakbola Wanita
•  Futsal.
PSSI pun mewadahi pertandingan - pertandingan yang terdiri dari pertandingan di dalam negeri yang diselenggarakan oleh pihak perkumpulan atau klub sepakbola, pengurus cabang, pengurus daerah yang dituangkan dalam kalender kegiatan tahunan PSSI sesuai dengan program yang disusun oleh PSSI. Pertandingan di dalam negeri yang diselenggarakan oleh pihak ketiga yang mendapat izin dari PSSI. Pertandingan dalam rangka Pekan Olahraga Daerah (PORDA) dan pekan Olah Raga Nasional (PON). Pertandingan - pertandingan lainnya yang mengikutsertakan peserta dari luar negeri atau atas undangan dari luar negeri dengan ijin PSSI.
Kepengurusan PSSI pun telah sampai ke pengurusan di tingkat daerah - daerah di seluruh Indonesia . Hal ini membuat Sepakbola semakin menjadi olahraga dari rakyat dan untuk rakyat.
Dalam perkembangannya PSSI telah menjadi anggota FIFA sejak tanggal 1 November 1952 pada saat congress FIFA di Helsinki. Setelah diterima menjadi anggota FIFA, selanjutnya PSSI diterima pula menjadi anggota AFC (Asian Football Confederation) tahun 1952, bahkan menjadi pelopor pula pembentukan AFF (Asean Football Federation) di zaman kepengurusan Kardono, sehingga Kardono sempat menjadi wakil presiden AFF untuk selanjutnya Ketua Kehormatan.
Lebih dari itu PSSI tahun 1953 memantapkan posisinya sebagai organisasi yang berbadan hukum dengan mendaftarkan ke Departement Kehakiman dan mendapat pengesahan melalui SKep Menkeh R.I No. J.A.5/11/6, tanggal 2 Februari 1953, tambahan berita Negara R.I tanggal 3 Maret 1953, no 18. Berarti PSSI adalah satu - satunya induk organisasi olahraga yang terdaftar dalam berita Negara sejak 8 tahun setelah Indonesia merdeka.http://www.pssi-football.com/id/view.php?page=pssi